Wednesday, September 22, 2010

Ada apa dengan Preskripsi?

بسم الله الرحمن الرحيم

Saya percaya kita semua pernah pergi ke klinik, bukan? Biasanya selepas diperiksa, dokter akan memberi preskripsi. Kemudian kita ke kaunter farmasi untuk menebus ubat. Cuba bayangkan, sebaik saja seseorang itu dapat preskripsi dari dokter, beliau keluar dari ruang pemeriksaan dan terus berteriak dengan bahagia, “Yeah, aku dah dapat ubat! Aku sihat!” Kemudian preskripsi itu ditayangkan kepada pesakit-pesakit lain. Agak-agaknya, apa tanggapan mereka terhadap beliau?

Al Quran, rahmat seluruh alam.

Saya yakin jika anda melihat situasi tersebut, fikiran pertama yang terlintas adalah mempersoalkan kewarasannya. Mungkin beliau telah memenuhi syarat & kelayakan rehabilitasi di Hospital Mental / Rumah Sakit Jiwa. Masakan tidak, ubat pun belum punya tapi hanya sebatas “PRE-SKRIPSI”. Hanya sedikit usaha lagi untuk mencapai kesembuhan, namun oleh kerana sifat mudah berasa puas hati, bukan hanya si fulan tersebut, kadang2 kita sendiri pun selalu berhenti ditengah jalan.
(يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ)
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman" (Al Quran, 10:57)

Dan perlu diingat, bila mencapai remisi tidak berarti kita sembuh total. Kita perlukan rawatan susulan walaupun rasa mcm dah sihat. Kadang2 penyakit masih ada dlm keadaan dormant / tersembunyi, menunggu masa yg sesuai utk menyerang kembali tubuh setelah resistance terhadap ubat. Nah, apabila kita tidak teruskan rawatan lambat laun akan terjadi kekambuhan. Akhirnya penyakit bertambah parah dan menjadi krisis kronik.

Nah, begitulah juga dengan Al Quran. Saya percaya kita memilikinya (walaupun msh ada belum khatam? :p ). Baiklah, sekarang kita anggap Al Quran itu sebagai “preskripsi”, lalu apa harus ditebus untuk menjadi ubatnya? Ya, melalui pemahaman bacaan ayat suci Al Quran, tafsir dan terjemahannya. Lagi dan lagi. Ubat paling mujarab untuk segala jenis penyakit hati. Sebagaimana kita makan melalui mulut & mencerna dgn perut, ubat yg satu ini diberikan secara per-hepatica. Hanya perlu membuka mata hati dan mencerna dengan akal, bukan perut.

p/s: sementara tarbiah ramadhan masih membara, jgn biarkan ia terpadam!

6 comments:

Unknown said...

memaksimakan yang terbaca.

micelia amalia sari said...

No rewind. Qt udah pny pencapaian ibadah yg tinggi saat ramadhan,jgn mundur..

Ah ya soal resep dokter,minggu kemaren papa ce berobat sampe nunggu 5jam,hny dapat amoxicilin utk ulcus varicosumnya,beuh sgt tak puas

syaimaa' said...

salam

wah penulisan makin bergaya indonesia.
tapi itu yang lebih mencucuk hati.

entri yang unik.
ya kadang kita terlupa dgn mutiara depan mata tapi sibuk dengan mutiara di dasar lautan.
ouh moga kita tak begitu selalu..

Nadhirah Razak said...

setuju dengan syaimaa'

penulisan yg semakin bertambah baik...cuma ade perkataan2 yg tak berapa nak faham...

contohnya : remisi & kekambuhan

bhs indonesia?

.:sin_bad:. said...

+akufobia+:
memaksimumkan yg tertulis.

Ice:
benar, no turnin' back.
masa' harga 5 jam = amoxicillin? trus, si dokter g bagi penjelasan ttg ulcus varicosumnya?

Syaimaa':
tak begitu selalu? bermaksud kadang2 begitu?

Nadhirah:
ya, bahasa Indonesia. dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.

micelia amalia sari said...

dokter di poliklinik yg tersisa hanya dokter PPDS/residen bedah thorac, ga ada yang vaskuler, ya ga ngerti juga dokternya mau diapain, dikonsul, dokter2nya udah pulang..

mesti ngulang dari nol lagi membujuk Apa agar mau ke RS lagi,tak mungkin berobat ke swasta.